Faiza Mardzoeki

Subversif!, Pergulatan Kebenaran dan Kekuasaan

ab3ef5bc-113e-4f6c-af7d-2b234e3bea61_169
Dokter Torangga (Teuku Rifnu Wikana, tengah) berseteru dengan Wali Kota Jokarna (Ayez Kassar). (CNN Indonesia/Safir Makki)

 

Jakarta, CNN Indonesia — “Haruskah kemakmuran dibangun di atas kebohongan?” tanya Torangga kepada sang kakak, Jokarna. Adegan memorable ini merupakan bagian dari lakon Subversif! yang dimainkan Institut Ungu di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, tadi malam (12/3).

Namun apalah arti tanya dari seorang dokter dan ilmuwan idealis kepada seorang penguasa yang dielu-elukan mayoritas massa. Pertanyaan menggugat dari mulut Torangga (Teuku Rifnu Wikana) tiada bedanya dengan angin lalu bagi Jokarna (Ayez Kassar).

Untuk Jokarna, yang terpenting adalah citranya sebagai Wali Kota Kencana tak tercoreng di hadapan rakyat. Meski sesungguhnya ia tahu bahwa rakyat yang dipimpinnya sedang dihantui malapetaka berbahaya.

Setelah lama meneliti penyakit yang menyerang warga di sekitar PT Tambang Harapan Gemilang, Torangga menemukan hasil menggemparkan. Limbah perusahaan yang memberi lapangan kerja bagi sebagian besar masyarakat Kota Kencana itu mencemari sistem perairan seluruh kota.

Torangga lalu menyiapkan laporan atas penemuannya. Ia bermaksud menyebarkan informasi penting tersebut kepada seluruh warga Kota Kencana.

Apa daya, tangan penguasa justru mencekal upaya Torangga. Ironisnya, ia harus bergulat dengan kakak kandungnya sendiri demi menjunjung tinggi kebenaran.

Seluruh masyarakat Kota Kencana di bawah pimpinan Wali Kota Jokarna terlanjur dibuai kemakmuran palsu. PT Tambang Harapan Gemilang kadung diagungkan sebagai sumber utama penghasilan.

Angan akan kekayaan dan kehidupan modern membutakan masyarakat dari kebenaran bahwa korporat itu ternyata membahayakan kehidupan mereka. Rakyat dan pemimpinnya tak sadar jikalau mereka dibunuh perlahan-lahan.

Hanya ada kebenaran tunggal yang berusaha dijunjung Torangga. Namun ia mesti berhadapan dengan banyak pemangku kepentingan. Ada pemilik media, politisi, dan juga pengusaha. Bukan kaum elitis semata, buruh tambang, ibu tumah tangga, wartawan, dan intelektual juga memainkan peran tersendiri.

0e7994e0-f79f-4f75-8681-4f992a7669d4_169
Aksi menggugah Billy (Kartika Jahja) berorasi di pementasan teater Subversif! (CNN Indonesia/Safir Makki)

Kisah tersebut terangkum dalam Subversif!. Lakon teater yang disutradarai oleh Wawan Sofwan tersebut merupakan drama pertikaian antara kebenaran hakiki dan kebenaran mayoritas yang dikonstruksi kekuasaan, media, dan korporasi.

“Mayoritas selalu benar adalah tirani kebenaran! Mayoritas selalu benar adalah kebohongan sosial! Setiap manusia merdeka dan berakal sehat harus memberontak terhadapnya,” Torangga berteriak menggugat.

Berangkat dari kondisi tersebut, Subversif! menggambarkan bagaimana pembela kebenaran suci dituduh sebagai seorang subversif. Menyuguhkan kisah dengan tema yang dekat namun sarat nilai, Subversif! ditampilkan dengan serius.

Sepanjang pertunjukan, pesan yang ingin disampaikan kepada penonton dibicarakan dengan gamblang. Di satu sisi, cara penyampaian yang tersurat memudahkan penonton untuk memahami pesan yang dapat dipetik dari lakon.

Namun, di sisi lain, kegamblangan membuat lakon agak terasa membosankan. Untungnya, ada beberapa humor yang dapat mengundang tawa.

Naskah Subversif! ditulis oleh Faiza Mardzoeki yang yang diterjemahkan dan diadaptasi bebas ke dalam konteks kontemporer Indonesia dari drama klasik berjudul Enemy of The People karya Henrik Ibsen, dramawan asal Norwegia pada abad ke-19.

39614b26-76db-48d8-aab4-8c5f9eeaafc4_169
Pementasan Subversif! menggunakan Bahasa Indonesia dan subtitles Bahasa Inggris. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Pementasan Subversif! di Jakarta menggunakan bahasa Indonesia dan menampilkan teks alih bahasa Inggris di layar. Tujuannya untuk memberi kesempatan pada masyarakat internasional untuk menikmati pertunjukan teater Indonesia.

Sayangnya, saat pementasan Subversif! khusus bagi awak media pada Kamis (12/3) malam, alih bahasa yang ditampilkan di layar seringkali tidak sinkron dengan lakon yang berlangsung di panggung.

Dari segi tata panggung dan pencahayaan, Iskandar K. Loedin menyiasati latar tempat yang monoton dengan desain panggung dengan dinding yang berputar.

Dialog-dialog Subversif! sebagian besar memang dilakukan di dalam rumah dan kantor. Eksperimen dinding berputar merupakan siasat yang cukup menarik.

Meski demikian, musik latar terasa kurang paripurna karena kurang terasa bersatu secara utuh dalam mendukung suasana pementasan.

Sementara itu, para aktor dapat menghayati perannya masing-masing. Salah satu yang patut diapresiasi adalah Ayez Kassar yang memerankan Jokarna karena betul-betul mengesankan seorang tiran.

Ditambah, kostum yang dipakai para pemain juga sesuai dengan karakter masing-masing pemain. Desain kostum pementasan Subversif! dilakukan oleh Hendra Yan dan Mima Yusuf.

Subversif! akan dipentaskan di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki pada Jumat hingga Sabtu, 13-14 Maret 2015 mulai pukul 20.00 WIB. Lakon ini merupakan karya pertunjukan teater produksi Institut Ungu yang ke-sembilan.

Selain menampilkan aktor teater profesional yang sudah berpengalaman seperti Teuku Rifnu Wikana, Andi Bersama, Wawan Sofwan, Ayez Kassar, Madin Tyasawan, juga didukung oleh Hendra Yan, Sita Nursanti, Dinda Kanya Dewi, dan Kartika Jahja.

Sumber : cnnindonesia.com