Faiza Mardzoeki

Tales from Australia 3 (old articles in Bahasa Indonesia)

Kepada Fe,
BBM, BOM dan BBQ
Faiza Mardzoeki

Aku menerima kabar yang lebih bernada protes, begini bunyinya: jam 01.00 di yogyakarta puluhan orang masih ngantri bbm, sembari sesekali perang mulut karena diserobot gilirannya dan juga karena sudah hampir 6 jam mereka antri. Jam 12.00, saat matahari terik di lombok sana bapak2x tua hampir baku hantam dengan ibu2x saat antri (lagi2x antri) kupon dana kompensasi.atau hari ini jam 16.56 saat media nampaknya tidak lagi mengurusi isu bbm karena sibuk dengan berita bom. Sementara kita tahu dalam hitungan hari jutaan orang akan bertambah miskin karena bbm atau mati.

Seandainya saja aku hidup di negri lain.Itulah kalimat-kalimat protesmu terhadapku!

Fe, terima kasih, ya, kau semakin mengingatkan aku kepada suatu kejanggalan system hidup di dunia ini.
Fe, aku memikirkan protesmu itu. Meskipun sebenarnya aku sudah menyebut soal kenaikan harga-harga yang semakin merambat naik di Surat Mesim Semi itu, tapi memang bukan di negeri BBQ ini. Meskipun, sebenarnya kenaikan BBM juga terjadi di negeri OZ, di negeri BBQ ini. Tetapi dampaknya tidak terlalu mengiris kulit. Berita-berita di koran, dampak kenaikan BBM ini adalah berkurangnya masyarakat yang liburan di akhir minggu, mengurangi penggunaan mobil-mobil mereka. Atau, mengurangi pemakaian mobil, berganti dengan bus (yang masih cukup nyaman sebenarnya dibanding bus di negeri kita! )

Kalau di negeri kita, kenaikan BBM berdampak pada situasi perut, di negeri BBQ baru berasa pada pengurangan kegiatan hedon! Memang beda sekali, ya, Fe. Inilah dunia yang sedang kita huni, ini. Baru tadi sore aku juga menelopn adikku di Bekasi. Adikku ini bekerja sebagai kasir, di sebuah pusat perbelanjaan yang sangat besar di Jakarta Barat, di Slipi sana. Adikku ini, meskipun latar belakang belajar dia adalah IT, programmer, tapi belum beruntung, cari kerja begitu sulit, Fe, akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai kasir pun harus dilakoni. Karena, tiada yang hina dalam pekerjaan. Yang penting jujur. Tidak korup dan memakan keringat dari hasil kerjanya. Adikku cerita, betapa ongkos bus semakin naik, belum lagi biaya hidup yang lain. Sementara upah dari tempat kerjanya tidak bertambah.

Gimana Fe, maafkan aku yang sedang tinggal di negeri yang tidak mengalami antrian panjang, berebut minyak untuk masak, menanak nasi di rumah. Aku turut merasakan sesaknya hidup, dari negeri yang berjarak hanya 7 jam bila kita menggunakan capung besi. Hanya tujuh jam jaraknya, Fe. Tapi system hidup telah sedemikian berbeda.Fe, bila tetesan keringat pekerja di negeri kita, Indonesia dibayar sekitar 700 ribu perbulan atau sekitar AU $ 80 dollar . Sedangkan pekerja di negeri BBQ ini dibayar sekitar AU $ 2000, kalau dirupiahkan sebesar kira-kira Rp 16.000.000, atau enambelas juta! Bagaikan air dan minyak!Kalau para pekerja, kaum buruh OZ itu bisa berlibur ke negeri kita, karena lebih murah, ketimbang berlibur di negeri sendiri. Para buruh OZ tidak akan sanggup membayar hotel sampai seminggu dan asik masuk di bar-bar mewah seperti di Bali! Uang para buruh OZ ini tidak akan mencukupi untuk mendapatkan kemewahan di negeri sendiri. Larilah mereka ke negeri kita, lebih murah buat kantong buruh OZ. Bisa bayangkan Fe, berapa upah buruh bar atau buruh hotel di Bali itu, sangat murah sekali. Dunia terasa aneh, ya, Fe. Sementara para pekerja Indonesia, hampir tidak pernah punya kesempatan berlibur, apalagi menginap di hotel di Bali. Sampai pergantian musim dari tahun ke tahun, dari jaman ke jaman, para buruh Indonesia, hanya bisa berkutat di sesaknya pabrik-pabrik atau melepas letih di rumah-rumah petak kontrakan. Tidak ada mandi air panas, tidak ada kompor gas, apalagi sofa yang empuk dengan TV plasmanya! Beginilah dunia yang kita huni, Fe! Ada Barat, ada Timur. Ada Utara, ada Selatan. Kutub yang berbeda.

Fe,Tetapi, hari kemarin, di koran Sydney Morning Herald ( 1 October 2005) headline berita bahwa ongkos childcare diperlukan sekitar 100-105 dollar per hari!!!. Aku menggunakan tanda seru sampai tiga, karena ini merupakan berita yang bagiku cukup mengejutkan. Meskipun aku sudah tahu bahwa ongkos menitip anak mahal, tapi tidak mengira semahal itu. Bayangkan, Fe!.Artinya, para perempuan harus memilih tinggal di rumah karena tidak bisa membayar ongkos nitip anak, atau bekerja (pun) uangnya akan habis untuk biaya nitip anak ini. Terus bagaimana dengan perempuan-perempuan dari kalangan pekerja, yang harus bekerja! Aduh, dunia menjadi semakin terasa janggal. Dulu, mimpi tentang negara kesejahteraan, di mana sekolah bisa gratis, pengobatan bebas serta penititipan anak juga ditanggung oleh negara, pernah dicicipi oleh negeri-negeri kolonial itu. Ya, seingatku kesejahteraan itu bisa dinikmati hanya kurun waktu yang sangat pendek, dari tahun 1950 an sampai awal tahun 80 an saja. Pada waktu itu, negara mempromosikan konsep negara kesejahteraan, karena phobia komunisme dan sisi lain cadangan modal dari hasil mengeruk negeri-negeri yang diduduki masih cukup. Tapi seiring memudarnya ketakutan komunis, bersamaan tumbangnya Uni Soviet, kesejahteraan yang ditawarkan dan yang sudah lama dinikmati, sebenarnya pelan-pelan menuju dihilangkan atau dicabut.

Di Australia, terutama sejak Perdana Menteri Malcolm Fraser, yang menjadi Perdana Menteri tahun 1975 sampai 1983. Di negeri lain, macam Inggris, terutama sejak Margareth Teacher, sedangkan di Amerika, ya, ketika masa si Ronald Reagean itu.

Fe,Ku kabarkan juga ke kau, bahwa di negeri OZ ini juga sebenarnya banyak masalah, dalam bobot dan wujud yang berbeda, dengan negri kita. Tapi esensinya sama. Masalahnya adalah, sekarang ini, pemerintah itu berhadapan dengan rakyatnya. Berhadapan! Pemerintahan selalu berseberangan bahkan bertentangan dengan keinginan rakyatnya sendiri. Duh, gimana ini, Fe?? Peraturan yang dibuat selalu bikin rakyat susah. Yang diuntungkan dari peraturan yang dibuat itu selalu hanya segelintir orang, yang dinamai elit itu! Khan sama dengan di negeri kita, Fe. Pemerintahan Indonesia juga berhadapan dengan rakyatnya sendiri! Di Oz, pemerintahan Howard sekarang ini juga sedang aneh. Howard menginginkan tidak ada serikat mahasiswa, serikat buruh semakin dipersulit, ongkos menitip anak mahal sekali, eh,malah sibuk ngurusin UU anti Teror, yang mengkuatirkan banyak pihak, karena peraturan yang dimuat terasa juga membahayakan kehidupan sipil. Bulan lalu saja, seorang aktivis perdamaian dari Amerika, Scott Parkins, tiba-tiba dideportasi, tanpa ada alas an atau penjelasan. Yang jelas dia sempat bicara di sebuah demonstrasi anti globalisasi. Gila, dia itu aktivis perdamaian!!!Belum lagi persoalan-persoalan kaum immigrant yang didiskrimiansi sedemikian rupa.

Beberapa bulan lalu, seorang warga Australia yang berasal dari Philiphina dideportasi secara sembarangan, karena tidak membawa surat-surat, katanya. Bayangkan, padahal ia warga negara OZ sendiri, ia sedang sakit di jalan, tahu-tahu, karena terlihat “tidak putih’ ia di pulangkan begitu saja. Ia seorang perempuan, bernama Vivian Alvarez Solon. Ada lagi orang Jerman, dalam keadaan dipresi, ia dimasukan begitu saja ke detention centre, si Cornelia Rau.

Kadang aku mumet, mikirin ini. Banyak kontradisksi.

Kukabarkan juga, Fe, hutang rumah tangga OZ ini adalah tertinggi di dunia. Mereka makmur, tapi menumpuk hutang. Meskipun mereka masih sanggup membayar, menyicil. Konsumsi sudah sedemikian rakusnya, di sini. Acara-acara TV semua menawarkan untuk beli,beli dan beli. Dari bagaimana mendekor rumah, kebun, tempat tidur bahkan sampai desain toilet. Makanan melimpah ruah, kalau beli satu porsi, besarnya minta ampun! Di benua lain banyak yang kelaparan, kemiskinan akut! Dan, sebagaian masyarakat Aborogin juga masih sangat miskin, Fe. Bahkan kondisi kesehatan orang Aborogin adalah masuk katagori sangat buruk di dunia!

Dan, malam itu, saat aku sedang melihat sebuah film melalui DVD, berjudul The Shawshank Redemption, yang dibintangi oleh Tim Robbins dan Morgan Freeman. Sebuah Film tentang cerita di penjara di Amerika. Sebuah kisah tentang bagaimana orang-orang itu membangun dan menjaga HARAPAN dalam hidup. Tiba-tiba bunyi pesan singkat dari hand phone ku bergetar. Ternyata dari Jakarta, dari temanku yang baru minggu lalu mengunjungi Sydney.
Pesan singkat itu tertulis :
“Hai, Fai. Tadi langsung rapat di tempat HD, terus makan malam dengan keluarga, eh ada kabar: Bali ada bom di 3 tempat. Ada turis mati, juga banyak pekerja”
D

Sejenak aku terpaku. Mulai tidak konsentrasi lagi dengan film itu. Kemudian aku menuliskan SMS untuk membalas temanku: “Duh, makin banyak soal. Kadang menjadi speechless. Hari ini di koran OZ headline 100 dollar a day for childcare”

D membalas lagi :Wow, $ 100 per day? Hari ini harga BBM di RI naik 100 %, lalu ada bom. Sejauh ini sudah ketahuan 4 turis Aussie jadi korban”

Sejurus aku SMS teman-temanku di Jakarta. Karena teman-temanku ini biasanya aktif menggalang solidaritas untuk bencana-bencana atau momen-momen genting.

Begini bunyi SMS ku:”Hi, ada bom lagi di Bali. Terjadi di 3 lokasi. Sebagian orang oz korban dan para pekerja. Duh, gimana?”

Seketika, teman-temanku di Jakarta merespon SMSku:

Dari U:”Iya, mana BBM naik. Kasian orang Bali& NTB. Yang brasa dampaknya…Tapi perilaku seks dan drugs di Bali digamabrin terang-trangan di TV lokal kita. Jadi seperti Islan of sinners”.

Dari Y: “Aduh, sialan. Ini pasti mengalihkan isu BBM”.

Dari Di:”Iya, I just missed it. Tapi dua keponakan saya ada di sana. Selamat sih”.

Fe, kemudian aku mencari berita di TV. Pas di chanel ABC TV, Breaking News, mengabarkan berita pengeboman di Bali. Duh, masih terus terjadi. Kita khan tahu, Fe, bom itu tidak saja di Bali. Di Poso, Jakarta, Ambon, Manado, Irak, London, Spanyol. Dan bom bunuh diri itu? Ini fenomena apalagi, Fe? Bom bunuh diri, bom atas nama jihad, kadang aku sungguh gelisah melihat ini. Sudah sedemikan gentingkah manusia? Di Irak, Amerika menjatuhkan bom-bom, parade tank-tank perang, tangsi-tangsi senjata, membunuh anak-anak tak berdosa, meluluhlantahkan sebuah negeri berdaulat, atas nama demokrasi. Bahkan atas nama kebohongan. Tapi masih saja melenggang dan berteriak soal demokrasi. Kemudian di Poso, di Ambon, atas nama apalagi?

Aduh, Fe, aku teringat ajaran dari ibu dan ayahku tentang kalimat: Bismillah hiroohmanirrohim, yang artinya dengan nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Terus, di mana Pengasih dan Penyayang-nya kalau mereka, yang menjatuhkan bom-bom, mematikan kehidupan atas nama Tuhan sambil mengucap Bismillah?

Menjelang tidur sahabat saya dari Jakarta, L, mengirim SMS. Begini bunyinya:”Faiza, Bali dibom lagi di 5 tempat. Mengerikan sekali. Indonesia makin gawat. Apa kamu jangan pulang dulu ya, Za? Aku cemasin elu. Mendingan kamu stay di OZ sampai keadaan tenang. Tapi entah kapan”.

Aku jawab:”Tunggu Indonesia tenang, gue gak pulang-pulang dong? Ind emang makin terpuruk. Entah, gue tetep sayang. Iya, Bom, BBM naik, PHK. Kapan rakyat Indonesia bahagia ya?”

Seperti menunggu Godot.Kalau Menunggu Godot-nya Samuel Becket yang absurd itu khan sebuah drama panggung. Tapi, menunggu kesejahteraan rakyat adalah kenyataan hidup, bukan drama. Bukan Fiksi.

Ah, apakah memang kesejahteraan rakyat hanya mimpi-mimi bagi si manusia yang dinamai RAKYAT itu?Para ibu-ibu rumah tangga yang menjinjing jrigen antri minyak untuk menanak, para pekerja pabrik, para pemulung, para sopir angkot, para pekerja sex, para petani tak bertanah, para perempuan yang terbang ke negeri-negeri jauh menjadi pekerja rumah tangga! Siapa lagi? Jadi, masalah kita, rakyat, memang sangat bertumpuk, berlapis dan menggurita.

Kapan Rakyat Indonesia bahagia? Itu pertanyaan yang belakangan mengiris hatiku. Ya..kapan? Kalau lilitan hidup terus menerus membelit tubuh hingga mengkerit. Berkali-kali aku bilang, kita, rakyat udah bekerja keras, berusaha yang baik. Tapi, ya, ya, itu tidak cukup memang. Masih diperlukan suatu momentum yang membuat tangan-tangan kita terulur, menjurus ke langit.Di saat sedang mumet memikirkan ongkos-ongkos naik, malah ada kado bom! Yang menjadi korban meninggal 27 orang, sedangkan yang luka-luka 100 an lebih. Duh, pelakunya menurut surat-surat kabar adalah bom bunuh diri, 3 orang!!!Bom bunuh diri??? Aduh, kata-kata ini terjadi juga di Palestina, London, dan sekarang di Indonesia. Seseorang yang bisa melakukan tindakan bunuh diri, (yang sekarang pakai bom ini), apapun alasannya bukankah merupakan kondisi yang luar biasa? Sebuah situasi tidak wajar, tidak normal. Akal sehat kita tidak bisa mengerti. Biasanya, dari berita yang kubaca, seseorang yang melakukan tindakan bunuh diri karena dalam keadaan dipresi berat, mengalami suatu persoalan yang tak kunjung penyelesaian, no way out!!! Orang itu berada dalam situasi dangat desperate. No hope!!!Terus bagaimana dengan Bom bunuh diri yang sekarang terjadi di Indonesia? Yang juga mengorbankan banyak pihak lain??? Fenomena apa ini???

Kepalaku rasanya muter-muter, Jungkir balik. Kenapa? Mengapa? Ini bisa terjadi di negeri kita, Indonesia, yang dulu selalu dikenal sebagai bangsa yang ramah, murah senyum, tepo sliro. Bahkan kalau kita memutar waktu, membuka layar memory kita, ingatan kita akan menuju pada sebuah rentetan peristiwa bom-bom lain.

Ingatkah kita, pada 25 Desember tahun 2000. Bom meledak di 11 tempat, di gereja-gereja. 19 meninggal, dan 100 lainya luka-luka. Kabarnya pelakuknya Jemaah Islamiyah. (aku gak tahu persis ini?). Lalu, 12 October 2002, di Bali, bom bunuh diri yang menewaskan 202 orang, diantaranya 88 orang Australia yang sedang berlibur, Juga konon pelakunya dari jaringan Jemaah Islamiyah (aku gak tahu juga, mumet, aku Fe?!),

Kemudian, pada 9 October 2004, bom bunuh diri dengan sebuah mobil yang diledakkan di depan kedutaan Australia di Jakarta, menelan korban 11 orang dan 100 orang lainya luka-luka. Dan, baru kemarin, 1 Oktober 2005, bom bunuh diri 3 orang, di Bali, lagi! menjemput kematian 27 orang, ratusan luka-luka. Di Poso, Maluku, Ambon…..Bom!

Mengapa, kenapa, muter di kepalaku, bagaikan sebuah kincir angin. Kalau kupikir-pikir, gerak dinamika masyarakat memang terasa sekali aneh, janggal, tidak adil dan banyak hal yang menggerakan hati dan pikiranku untuk terus menerus bertanya. Misal, tehnologi memang sudah sedemikian dasyatnya. Salah satunya yang kusukai adalah tehnologi email ini. Bayangkan kalau tidak ada email, wah akan mahal sekali komuniaksi kita dan memakan waktu yang lebih lama. Tapi karena tehnologi itu pula, pornography, kekerasan terhadap perempuan dan anak, meningkat. Di lain sisi, kemanusian kita, perilaku sebagian manusia semain aneh, kejam, bahkan bengis. Tapi kelompok inilah yang justru mempunyai kekuatan kontrol atas tatanan masyarakat dunia! Bagaimana tidak aneh, sekelompok kecil manusia ini, bisa dengan enak, mengalahkan pikiran-pikiran manusiawi kita, mereka yang segelintir ini, yang punya kekuatan kontrol atas dunia, dengan gampang tanpa rasa malu, meluluhlantahkan negri-negeri lain. Dengan enteng, memaksa para pemimpin negeri-negeri merdeka untuk meneken peraturan-peraturan utang yang mencekik berjuta rakyat dunia, yang mengakibatkan kelaparan, kematian. Dan, sekarang muncul sekelompok orang yang tidak punya power, tidak memiliki kontrol atas dunia, tetapi memilih “melawan” dengan bunuh diri, bom, dan mematikan manusia lain, dengan cara-cara yang sulit diterima oleh nurani dan akal kita. Ya, bom bunuh diri itu! Atas nama Tuhan, sambil menyebut Allhu Akbar??!!!

Fe, jadi masalahnya memang rumit. Hubungan manusia dengan Tuhan-nya masing-masing, hubungannya penguasa dan rakyat, persinggungannya sesama manusia yang begitu beragam. Pergesekan antar negeri. Dan atas nama semua itu, di sana ada The rules! Ada aturan. Tetapi ironisnya aturan-aturan yang dibuat, pada kenyataannya justru semakin banyak yang membuat manusia berbeda-beda. Ada jurang. Dan semakin menambah berderet soal. Semakin rumit. Itulah kenyataannya sekarang.Jadi, Fe, seandainya kau pun hidup di negeri lain, kau akan menghadapi The rules. Aturan-aturan yang masih belum berpihak kepadamu.Dan, apakah kita mesti memecahkan aturan-aturan yang hanya buat susah, dan menggatinya dengan aturan KITA. Kita siapa? Ya, aturan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Khan itu konsep awalnya. Mari merebutnya kembali.
Ashfield, Sydney, 3 October 2005sehari setelah kenaikan BBM di RI dan Bom Bali II